Kamis, 24 November 2011

MARWAH SEORANG WANITA

Assalamu’alaikum
warahmatullahi
wabarakatuh …
Entah angin apa yang
membuai hari ini,
membuatku begitu berani
mencoretkan sesuatu
untuk dirimu yang tidak
pernah aku kenali.
Aku sebenarnya tidak
pernah berniat untuk
memperkenalkan diriku
kepada siapapun.
Apalagi mencurahkan
sesuatu yang hanya aku
khususkan buatmu
sebelum tiba masanya.
Kehadiran sseorang lelaki
yang menuntut sesuatu
yang kujaga rapi selama
ini semata-mata buatmu,
itulah hati dan cintaku,
membuatku tersadar dari
lenaku yang panjang.
Ibu telah mendidikku
semenjak kecil agar
menjaga maruah dan
mahkota diriku karena
Allah telah
menetapkannya untukmu
suatu hari nanti.
Kata ibu, tanggungjawab
ibu bapak terhadap anak
perempuan ialah menjaga
dan mendidiknya sehingga
seorang lelaki mengambil-
alih tanggungjawab itu
dari mereka. Jadi, kau telah
wujud dalam diriku sejak
dulu. Sepanjang umurku
ini, aku menutup pintu
hatiku dari lelaki manapun
karena aku tidak mau
membelakangimu.
Aku menghalang diriku
dari mengenali lelaki
manapun karena aku tidak
mau mengenal lelaki lain
selainmu, apa lagi
memahami mereka.
Karena itulah aku sekuat
‘ kodrat yang lemah ini’
membatasi pergaulanku
dengan bukan mahramku.
Aku lebih suka berada di
rumah karena rumah itu
tempat yang terbaik buat
sorang perempuan.
Aku sering merasa tidak
selamat dari diperhatikan
lelaki.
Bukanlah aku bersangka
buruk terhadap kaummu,
tetapi lebih baik aku
berwaspada karena contoh
banyak di depan mata.
Aku palingkan wajahku
dari lelaki yang asyik
memperhatikan diriku
atau coba merayuku.
Aku sedaya mungkin
melarikan pandanganku
dari lelaki ajnabi (asing)
karena Sayyidah Aisyah r.a
pernah berpesan, “Sebaik-
baik wanita ialah yang
tidak memandang dan
tidak dipandang oleh
lelaki. ” Aku tidak ingin
dipandang cantik oleh
lelaki.
Biarlah aku hanya cantik di
matamu.
Apalah gunanya aku
menjadi idaman banyak
lelaki sedangkan aku
hanya bisa menjadi
milikmu seorang.
Aku tidak merasa bangga
menjadi rebutan lelaki
bahkan aku merasa terhina
diperlakukan sebegitu
seolah-olah aku ini barang
yang bisa dimiliki sesuka
hati.
Aku juga tidak mau
menjadi penyebab
kejatuhan seorang lelaki
yang dikecewakan
lantaran terlalu
mengharapkan sesuatu
yang tidak dapat aku
berikan.
Bagaimana akan kujawab
di hadapan ALLAH kelak
andai ditanya?
Adakah itu sumbanganku
kepada manusia selama
hidup di muka bumi?
Kalau aku tidak ingin kau
memandang perempuan
lain, aku dululah yang
perlu menundukkan
pandanganku.
Aku harus memperbaiki
dan menghias pribadiku
karena itulah yang
dituntut oleh Allah.
Kalau aku ingin lelaki yang
baik menjadi suamiku, aku
juga perlu menjadi
perempuan yang baik.
Bukankah Allah telah
menjanjikan perempuan
yang baik itu untuk lelaki
yang baik?
Tidak kunafikan sebagai
remaja, aku memiliki
perasaan untuk
menyayangi dan
disayangi.
Namun setiap kali
perasaan itu datang,
setiap kali itulah aku
mengingatkan diriku
bahwa aku perlu menjaga
perasaan itu karena ia
semata-mata untukmu.
Allah telah memuliakan
seorang lelaki yang bakal
menjadi suamiku untuk
menerima hati dan
perasaanku yang suci.
Bukan hati yang menjadi
labuhan lelaki lain.
Engkau berhak mendapat
kasih yang tulen.
Diriku yang memang
lemah ini telah diuji oleh
Allah saat seorang lelaki
ingin berkenalan
denganku.
Aku dengan tegas
menolak, berbagai macam
dalil aku kemukakan,
tetapi dia tetap tidak
berputus asa.
Aku merasa seolah-olah
kehidupanku yang tenang
ini telah dirampas dariku.
Aku bertanya-tanya
adakah aku berada di
tebing kebinasaan ?
Aku beristigfar memohon
ampunan-Nya.
Aku juga berdoa agar
Pemilik Segala Rasa Cinta
melindungi diriku dari
kejahatan.
Kehadirannya membuatku
banyak memikirkan
tentang dirimu.
Kau kurasakan seolah-olah
wujud bersamaku.
Di mana saja aku berada,
akal sadarku membuat
perhitungan denganmu.
Aku tahu lelaki yang
menggodaku itu bukan
dirimu.
Malah aku yakin pada
gerak hatiku yang
mengatakan lelaki itu
bukan teman hidupku
kelak.
Aku bukanlah seorang
gadis yang cerewet dalam
memilih pasangan hidup.
Siapalah diriku untuk
memilih permata
sedangkan aku hanyalah
sebutir pasir yang wujud di
mana-mana.
Tetapi aku juga punya
keinginan seperti wanita
solehah yang lain, dilamar
lelaki yang bakal
dinobatkan sebagai ahli
syurga, memimpinku ke
arah tujuan yang satu.
Tidak perlu kau memiliki
wajah setampan Nabi
Yusuf Alaihisalam, juga
harta seluas
perbendaharaan Nabi
Sulaiman Alaihisalam, atau
kekuasaan seluas kerajaan
Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wa
sallam, yang mampu
mendebarkan hati juataan
gadis untuk membuat aku
terpikat.
Andainya kaulah jodohku
yang tertulis di Lauh
Mahfuz, Allah pasti akan
menanamkan rasa kasih
dalam hatiku juga hatimu.
Itu janji Allah. Akan tetapi,
selagi kita tidak diikat
dengan ikatan yang sah,
selagi itu jangan
dimubazirkan perasaan itu
karena kita masih tidak
mempunyai hak untuk
begitu.
Juga jangan melampaui
batas yang telah Allah
tetapkan.
Aku takut perbuatan-
perbuatan seperti itu akan
memberi kesan yang tidak
baik dalam kehidupan kita
kelak.
Permintaanku tidak
banyak.
Cukuplah engkau
menyerahkan seluruh
dirimu pada mencari ridha
Illahi.
Aku akan merasa amat
bernilai andai dapat
menjadi tiang penyangga
ataupun sandaran
perjuanganmu.
Bahkan aku amat
bersyukur pada Illahi
kiranya akulah yang
ditakdirkan meniup
semangat juangmu,
mengulurkan tanganku
untukmu berpaut sewaktu
rebah atau tersungkur di
medan yang dijanjikan
Allah dengan kemenangan
atau syahid itu.
Akan kukeringkan darah
dari lukamu dengan
tanganku sendiri. Itu
impianku.
Aku pasti berendam
airmata darah, andainya
engkau menyerahkan
seluruh cintamu kepadaku.
Cukuplah kau mencintai
Allah dengan sepenuh
hatimu karena dengan
mencintai Allah,
kau akan mencintaiku
karena-Nya. Cinta itu lebih
abadi daripada cinta biasa.
Moga cinta itu juga yang
akan mempertemukan kita
kembali di syurga ….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar